Kutu Air di Tangan dan Kaki, Sama atau Beda?

Sama seperti kutu air pada bagian kaki, kutu air di tangan juga disebabkan oleh adanya infeksi jamur yang menular, namun lebih dikenal dengan sebutan medis Tinea Manus dan penyebab jamurnya sama dengan kutu air pada kaki, antara lain spesies T. Rubrum yang dapat menular melalui kontak antar manusia dan T. Mentagrophytes yang menular melalui kontak dengan hewan terutama tikus (1). Kira-kira, apakah penyebab kutu air di tangan dan kaki sama atau berbeda, ya? Simak penjelasan selanjutnya.

Berbagai Penyebab Kutu Air di Tangan

Selain faktor infeksi oleh jamur, risiko terkena kutu air di tangan bisa meningkat karena beberapa hal berikut (2):

  • Tinggal di lingkungan beriklim tropis dan mengunjungi area yang panas dan lembap.
  • Menggunakan fasilitas publik, (seperti kolam renang dan tempat olahraga) dan tinggal dalam ruangan bersama dengan orang lain, contohnya asrama.
  • Berbagi handuk, pakaian, sprei tempat tidur, sisir dan alat olahraga dengan orang lain.
  • Memiliki pekerjaan yang dominan menggunakan tangan dan cenderung kontak dengan orang lain, hewan maupun bahan kimia. Contohnya pemangkas rambut, profesi pertanian dan montir mobil.
  • Daya tahan tubuh yang menurun karena beberapa kondisi, seperti HIV/AIDS, diabetes dan kanker.
  • Memiliki berat badan yang tergolong obesitas juga bisa menjadi penyebab kutu air di tangan.
  • Menderita kondisi keringat berlebihan atau yang dikenal sebagai hiperhidrosis.

Kutu Air Bisa Menyerang Tanpa Gejala

  • Keberadaan kutu air di tangan bisa bermacam-macam mulai dari tanpa gejala sampai dengan bergejala yang terlihat dengan mata. Beberapa gejala yang dapat dikenali meliputi telapak tangan yang kering, bersisik dan menebal (3).
  • Sedangkan, bagian punggung tangan, dapat terlihat sebagai ruam merah yang berbentuk bulat dengan tepi ruam bersisik (4). Pada beberapa kasus, ruam disertai dengan bintik-bintik bening berisi air dengan ukuran kecil, yang disebut dengan vesikel, maupun bintik berukuran besar yang disebut sebagai bulla (5).

Awas, Gejala Kutu Air Bisa Semakin Parah

Apabila penyebab kutu air di tangan tetap dibiarkan dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat maka akibatnya bisa memunculkan risiko komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder dan peradangan pada saluran limfe atau yang dikenal sebagai limfangitis (4). Gejala yang dapat dirasakan yakni demam, menggigil dan tubuh terasa lemas disertai kemerahan memanjang membentuk garis pada area yang terinfeksi (6).

Pengobatan Kutu Air di Tangan

Untuk mengatasi penyebab kutu air di tangan, kamu bisa memilih obat dengan golongan Imidazole, yaitu obat antijamur yang umumnya merupakan obat oles. Salah satunya adalah kamu bisa mengoleskan krim antijamur yang mengandung Bifonazole 1% karena bekerja cepat sehingga keluhan gatal dapat hilang selama 24 jam. Salep kutu air di tangan dengan bahan ini dapat dioleskan secara rutin cukup 1 kali sehari selama 2 minggu pada area tangan yang terinfeksi dan terbukti efektif sebagai pengobatan kutu air (7).

Kutu Air di Tangan tak Kunjung Sembuh, Harus Bagaimana?

Apabila gejala penyebab kutu air di tangan tidak membaik dan cenderung timbul komplikasi setelah melakukan pengobatan mandiri, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit (4). Nantinya, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui jenis jamur dan memberikan pengobatan yang tepat. Selain itu terdapat beberapa tindakan pencegahan agar kutu air di tangan tidak kembali lagi, antara lain:

  • Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan agar terbebas dari zat penyebab penyakit yang menempel pada permukaan tangan;
  • Hindari menggaruk atau menyentuh bagian kulit yang terkena infeksi jamur, contohnya kutu air di kaki;
  • Obati kutu air di area lain tubuh agar tidak menyebar ke tangan;
  • Patuh untuk menggunakan obat antijamur secara rutin selama minimal 2 minggu dengan anjuran sesuai label kemasan obat atau berdasarkan saran dokter;
  • Hindari penggunaan obat-obatan yang tidak perlu dalam menangani kutu air di tangan, seperti antibiotik dan kortikosteroid tanpa saran dari dokter (4).

CH-20230316-09

Artikel ini ditulis oleh:
dr. Reynaldi Syarifu Rachman

Artikel ini ditinjau oleh:
dr. Riana Nirmala Wijaya - Medical Advisor Bayer Consumer Health

Referensi:

  1. Rezabek GH, Friedman AD. Superficial Fungal Infections of The Skin. Drugs. 1992;43(5):674-682. 

  2. Tinea manuum: Symptoms, Causes & Treatment. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24063-tinea-manuum. Accessed January 22, 2023.

  3. Singri P, Brodell RT. ‘Two Feet-One Hand’ Syndrome. Postgraduate Medicine. 1999;106(2):83-84. 

  4. Tinea Manuum - Statpearls - NCBI bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559048/. Accessed January 22, 2023.

  5. Aste N, Pau M, Aste N. Tinea Manuum Bullosa. Mycoses. 2005;48(1):80-81. 

  6. Kano Y, Momose T. Acute lymphangitis. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 2020;87(3):129-130. 

  7. Lackner TE, Clissold SP. Bifonazole. A review of its antimicrobial activity and therapeutic use in superficial mycoses. Drugs. 1989;38(2):204-225.

  8. Parinyarux P, Thavornwattanayong W, Soontornpas C, Rawangnam P. Towards Better CARE for Superficial Fungal Infections: A Consultation Guide for the Community Pharmacy. Pharmacy. 2022;10(1):29.