Pengertian Dermatofita

Dermatofita adalah jamur yang membutuhkan keratin untuk pertumbuhannya. Jamur ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (2,3). Jamur bisa ditularkan melalui kontak fisik dengan orang lain (organisme antropofilik), hewan liar atau peliharaan (organisme zoofilik), dan kontak langsung dengan permukaan tanah (organisme geofilik) (2). Karena jamur ini menyerang keratin, hal ini membuatnya mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya (3).

Penyebab Munculnya Dermatofita

Setidaknya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya jamur ini, seperti:

  • Iklim tropis dan cuaca panas. Kedua faktor ini menyebabkan orang lebih cepat berkeringat sehingga mempermudah perkembangbiakan jamur itu sendiri (3).
  • Lingkungan lembab. Area yang lembab juga menjadi tempat ideal untuk pertumbuhan jamur (3). Inilah yang menjadi alasan orang-orang yang tinggal di area dengan iklim tropis/subtropis lebih mudah terkena dermatofit.
  • Tertular dari yang lain. Kontak fisik dengan orang lain (2) ataupun hewan yang sudah terjangkit jamur dapat membuat dermatofita menempel pada penderita baru (2,3).
  • Keratin pada tubuh manusia. Jamur dermatofit hidup bergantung pada keratin yang ada di tubuh manusia, dan berbeda jenis jamurnya berbeda juga keratin yang lebih mereka sukai. Contohnya, dermatofit Microsporum Canis lebih menyukai keratin di kulit dan kepala, sedangkan Epidermophyton Floccosum lebih menyukai keratin di bagian selangkangan, kaki, dan kuku (3).

Selain itu, berdasarkan infeksi jamurnya, dermatofita diantaranya disebabkan oleh:

  1. Tinea Pedis (kutu air). Dikenal juga sebagai athlete’s foot, Infeksi jamur kutu air menyebabkan rasa gatal dan terbakar yang ditandai dengan kulit pecah-pecah, bersisik serta kemerahan (3)
  2. Tinea Versicolor (panu). Jamur ini ditandai dengan bercak kecil berwarna terang dan gelap yang memunculkan rasa gatal ringan di bagian sekitar punggung, dada, leher dan lengan atas. Infeksi jamur panu yang bisa disebabkan oleh cuaca panas serta lembab, kulit berminyak, perubahan hormonal dan sistem kekebalan tubuh melemah (7).
  3. Tinea Corporis (kurap). Jamur ini ditandai dengan bercak kemerahan dan biasanya terdapat bengkak di bagian tepinya. Infeksi jamur kadas/kurap sering juga disebut sebagai ringworm karena bentuknya yang seperti cincin melingkar dan gatal (3,4).
  4. Tinea Cruris (jamur selangkangan). Jock’s itch atau infeksi jamur selangkangan dapat menyerang bagian sekitar selangkangan seperti bokong, paha dan bahkan perut. Jamur dermatofit yang bisa disebabkan oleh penggunaan pakaian yang terlalu ketat ini diketahui dapat menyebabkan ruam kemerahan dan gatal (3).

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Ada beberapa ciri umum yang bisa dikenali sebagai tanda apabila seseorang telah terserang oleh dermatofita, di antaranya adalah:

  • Gatal pada area yang terinfeksi. Gejala utama dermatofitosis adalah rasa gatal yang bergantung pada tempat infeksi pada tubuh manusia. Misalnya pada tinea corporis, bagian yang terinfeksi akan terasa gatal, sedangkan pada kasus tinea cruris selain gatal juga bisa muncul rasa sakit (4)
  • Bau tidak sedap. Bau adalah gejala lain dari infeksi dermatofita, dan cukup sering ditemukan pada kutu air (tinea pedis). Penyebabnya adalah karena bagian kulit yang terjangkit jamur seperti kaki berada pada kondisi yang lembab (4).
  • Bercak kemerahan. Area kulit yang terinfeksi jamur juga dapat menimbulkan bercak kemerahan (5). Biasanya, bercak ini disertai juga dengan gatal (5), di mana gatal akan semakin parah apabila penderitanya sedang berkeringat (4).

Lakukan Pengobatan yang Tepat

Karena dermatofita dikategorikan sebagai jamur, maka untuk menghilangkannya diperlukan bahan yang mengandung antijamur. Pengobatan bisa dilakukan secara topikal atau dengan mengoleskan obat antijamur seperti Klotrimazol (3, 4). Klotrimazol dapat digunakan untuk membantu membasmi dermatofita sampai ke akar asal dioleskan secara teratur (4) sebanyak 2-3 kali sehari selama minimal 2 minggu hingga jamur benar-benar hilang kelar sampai ke akarnya, untuk mencegah jamur tumbuh kembali di tempat yang sama.

Pencegahan yang bisa dilakukan

Penyakit kulit dermatofit cukup sulit dicegah di negara beriklim tropis karena jamur penyebabnya ada di mana-mana dan sangat menular (1,3), oleh karena itu ada baiknya untuk menerapkan beberapa tips di bawah ini untuk menuntaskan jamur sampai ke akarnya:

  1. Jaga kebersihan.
    Pastikan untuk selalu menjaga kebersihan, misalnya dengan selalu menggunakan pakaian, handuk dan kaos kaki yang bersih setiap hari. Selain itu, rutin membersihkan permukaan atau alat yang sering dipegang oleh orang lain juga dapat menjadi poin penting untuk mencegah jamur dermatofit berpindah (6).
  2. Gunakan barang milik pribadi.
    Agar tidak tertular dari orang lain, jangan biasakan untuk menggunakan peralatan milik orang lain seperti alas kaki, pakaian, topi, bantal dan handuk (3,5,6).
  3. Pakai alas kaki.
    Mengingat jamur ada di sekitar kita namun tidak dapat terlihat dengan kasat mata, sebaiknya berjaga-jaga dengan selalu menggunakan alas kaki terutama di luar ruangan. Berjalan tanpa menggunakan sandal atau sepatu dapat memperbesar peluang terinfeksi jamur (6).

Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia

Referensi:

  1. Retno Wahyuningish, dkk. Serious Fungal Disease Incidence and Prevalence in Indonesia. Mycoses Vol 64, No.10, halaman 1137-1303. Diakses pada 1 Desember 2021 dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/myc.13304?af=R 

  2. Barry L Hainer, dkk. Dermatophyte Infections. American Family Physician. Diakses pada 2 Desember 2021 dari https://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.html

  3. S Gnat, dkk. Major Challenges and Perspectives in the Diagnostics and Treatment of Dermatophyte Infections. Applied Microbiology, Vol 129 No.2, halaman 161-464. Diakses pada 2 Desember 2021 dari https://sfamjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/jam.14611 

  4. Ali Abdul Husein Al-Janabi. Dermatophytosis: Causes, Clinical Features, Signs and Treatment. Journal of Symptoms and Signs, Vol 3 No. 3. Diakses pada 2 Desember 2021 dari https://www.researchgate.net/publication/264553316_Dermatophytosis_Causes_clinical_features_signs_and_treatment 

  5. Anna Hernandez. Dermatophyte Infections. Osmosis. Diakses pada 2 Desember 2021 dari https://www.osmosis.org/answers/dermatophyte-infection 

  6. Jill Seladi-Schulman. Types of Fungal Infections and Treatment Options. Healthline. Diakses pada 2 Desember 2021 dari https://www.healthline.com/health/fungal-skin-infection#what-is-it 

  7. Mayo Clinic Team. Tinea Versicolor. Mayo Clinic. Diakses pada 2 Februari 2022 dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tinea-versicolor/symptoms-causes/syc-20378385#:~:text=Tinea%20versicolor%20is%20a%20common,affect%20the%20trunk%20and%20shoulders