Fenomena Gatal di Telapak Kaki

Kaki yang terasa gatal memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari gejala yang tidak kamu sadari, gejala ringan hingga yang benar-benar tak tertahankan dan membuat kamu jadi susah tidur saat malam hari. Telapak kaki gatal bisa bertambah buruk terutama jika cuaca panas dan lembab, contohnya seperti di malam hari, setelah berolahraga, setelah mandi air panas atau jika cuaca panas.

Selain Gatal, Ada Juga Gejala Lainnya

Mungkin, kamu hanya mengalami gatal pada kaki kanan atau kaki kiri saja. Bisa juga kamu mengalami gatal pada kaki hanya saat malam hari tiba. Bagaimanapun juga, jika kamu memiliki keinginan yang tak tertahankan untuk menggaruk secara berlebihan, coba cek kembali, adakah tanda-tanda selain gatal seperti di bawah ini:

  • Kulit merah, bersisik, dan pecah-pecah di bagian tumit dan telapak kaki.
  • Kulit menebal di sekitar telapak kaki, membuatmu tidak nyaman saat memakai sepatu
  • Bengkak di area kaki yang bisa menjadi melepuh dan bertambah besar. Jika bagian kulit yang melepuh pecah, kulit di sekitarnya akan terasa lebih kering.
  • Kulit kering (bahkan sampai mengelupas) dan terasa seperti terbakar di antara jari-jari kaki. Jika ini terjadi padamu, bisa jadi kamu terserang kutu air – yaitu infeksi jamur yang bisa menyebar ke bagian tubuh lain seperti tangan dan badan.

Gatal pada Kaki karena Infeksi Jamur

Jika kamu hanya merasakan gatal di kaki sesekali saja, biasanya karena kondisi kulitmu yang agak kering. Tapi, kalau bagian kaki yang gatal juga disertai dengan tanda-tanda peradangan, (seperti bersisik atau kemerahan), kemungkinan besar itu adalah tanda infeksi jamur pada kulit. Jangan khawatir atau malu, karena infeksi jamur pada kulit sangat umum terjadi.

Pasalnya, dari seluruh populasi manusia, setidaknya lebih dari 2/3 akan mengalaminya minimal satu kali seumur hidup, jadi kamu tidak sendirian. Kutu air atau athlete’s foot memang sangat menular dan mudah menyebar di tempat umum seperti kamar ganti, kamar mandi, dan kolam renang. Meskipun dinamai sebagai athlete’s foot karena lebih sering terjadi pada pelari maraton, namun infeksi jamur ini bisa terjadi pada siapa saja.

Penyebab Lain Gatal di Telapak Kaki

Ada banyak alasan lain kenapa kamu merasakan telapak kaki gatal. Misalnya, jika kakimu terasa gatal hanya di malam hari, bisa jadi karena sprei yang dipakai saat tidur terlalu panas dan membuat telapak kakimu berkeringat, atau bahkan karena reaksi alergi dari penggunaan deterjen pada sprei yang tidak cocok dengan kulitmu. Jika kamu saat ini sedang hamil, gatal di telapak kaki juga merupakan kondisi yang wajar terjadi. Beberapa penyebab lain dari gatal di telapak kaki di antaranya adalah:

Daftar Penyebab

Kondisi

Kulit yang sangat kering

Kulit kering, mengelupas dan pecah-pecah

Perubahan hormon

Sedang hamil

Kesehatan mental

Stres dan panik

Reaksi alergi

Alergi, ruam, dermatitis kontak

Masalah kulit jangka panjang

Psoriasis, Eksim

Masalah kulit yang disebabkan bukan oleh jamur

Ruam Keringat, Biang keringat

Infeksi jamur kulit (kutu air)

Kulit kering, gatal dan terasa seperti terbakar

Cara Mengatasi Gatal di Telapak Kaki

  1. Tahan keinginan untuk menggaruk
    Meskipun menggaruk bagian yang gatal akan terasa enak, namun tindakan ini justru bisa semakin memperparah kondisi kulit menjadi lebih buruk. Jika memang gatal pada kaki benar-benar tak tertahankan, cobalah untuk memegang atau menepuk area yang gatal dengan lembut menggunakan kain.
  2. Gunakan krim anti jamur
    Jika gejalanya memang seperti kutu air, kamu bisa mengoleskan Bifonazol 1% krim antijamur yang ampuh menghilangkan rasa gatal dan membunuh jamur. Perawatan ini bisa kamu lakukan secara rutin selama 2 minggu, dan gatal di telapak kaki bisa segera teratasi dan bebas gatal seharian. Selain itu, karena kandungan Bifonazol cepat kerjanya, lebih efektif, kamu cukup mengaplikasikannya sehari sekali saja, praktis dan mudah bukan? Atasi gatal di telapak kaki dengan Bifonazol, Kelarin Jamur Like a Pro!
  3. Mengubah gaya hidup
    Ada baiknya agar kamu mulai mengenakan sepatu yang memiliki ujung terbuka, menghindari produk deterjen atau sabun yang berpotensi menimbulkan alergi, dan pastikan untuk selalu mengeringkan kaki secara menyeluruh setelah mandi atau mencuci kaki. Jangan memakai handuk secara bergantian dengan siapa pun untuk menghindari penularan. Disarankan untuk mencuci pakaian, handuk, atau sprei dengan suhu 60°C sebagai langkah penanganan jamur kulit.

Kapan harus ke Dokter?

Gatal di telapak kaki tidak hanya mempengaruhi kaki, namun juga bisa berpengaruh pada bagian tubuh lain. Selain itu, bisa jadi gatal pada kaki merupakan gejala dari kondisi medis tertentu. Jika ragu, periksakan diri Anda ke dokter. Untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat dengan cepat, pilihan yang terbaik adalah membuat janji bertemu dengan ahli medis.

Jika tidak kunjung diobati, gatal di telapak kaki bukan hanya akan mengganggu aktivitasmu sehari-hari namun gejalanya juga bisa bertambah semakin buruk dan menyebar ke anggota tubuh lain. Yuk, sayangi badanmu dan jangan tunda-tunda lagi! Segera lakukan penanganan dengan mengoleskan krim antijamur yang mengandung Bifonazol 1% supaya jamur kelar hingga ke akar. Apabila kutu air tidak kunjung membaik dengan krim antijamur, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan resep obat yang dapat menghentikan infeksi dan membantu meringankan gejala yang kamu alami.

CH-20220909-25

Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia

Referensi:

  1. Drago L, Micali G, Papini M, Piraccini BM, Veraldi S. Management of mycoses in daily practice. G Ital Dermatol Venereol 2017;152(6):642-50.

  2. Hay R. Superficial fungal infections. Medicine 2017;45(11):707-10.

  3. Hoffmann V, Pereira MP, Ständer S. Chronischer Pruritus: Epidemiologie, Diagnostik und Behandlung. [Chronic pruritus: epidemiology, diagnosis and treatment.] Akt Dermatol 2019; 45(06):294-305.

  4. Ilkit M, Durdu M. Tinea pedis: the etiology and global epidemiology of a common fungal infection. Crit Rev Microbiol 2015;41(3):374-88.

  5. Kang R, Lipner S. Consumer preferences of antifungal products for treatment and prevention of tinea pedis. J Dermatolog Treat 2019;30(8):745-9.

  6. Kovitwanichkanont T, Chong AH. Superficial fungal infections. Aust J Gen Pract 2019;48(10):706-11.

  7. Mochizuki T, Tsuboi R, Iozumi K, Ishizaki S, Ushigami T, Ogawa Y, Kaneko T, Kawai M, Kitami Y, Kusuhara M, Kono T, Sato T, Sato T, Shimoyama H, Takenaka M, Tanabe H, Tsuji G, Tsunemi Y, Hata Y, Harada K, Fukuda T, Matsuda T, Maruyama R; Guidelines Committee of the Japanese Dermatological Association. Guidelines for the management of dermatomycosis (2019). J Dermatol 2020;47(12):1343-73.

  8. Verma S, Vasani R, Reszke R, Matusiak Ł, Szepietowski JC. Prevalence and clinical characteristics of itch in epidemic-like scenario of dermatophytoses in India: a cross-sectional study. J Eur Acad Dermatol Venereol 2020;34(1):180-183.

  9. Sahoo AK, Mahajan R. Management of tinea corporis, tinea cruris, and tinea pedis: A comprehensive review. Indian Dermatol Online J 2016;7(2):77-86.

  10. Sakka N, Shemer A, Barzilai A, Farhi R, Daniel R. Occult tinea pedis in an Israeli population and predisposing factors for the acquisition of the disease. Int J Dermatol 2015;54(2):146-9.

  11. Warnock DW, Chiller TM. Superficial fungal infections. In: Editor(s): Cohen J, Powderly WG, Opal SM. Infectious Diseases (Fourth Edition); Elsevier, 2017: 122-9.